Fan page

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Thursday, June 3, 2021

Aksi Nyata Modul 3.3 Pengelolaan Program Sekolah Yang Berdampak Pada Siswa

    



            Berikut adalah aksi nyata modul 3.3 Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 1 dengan materi Pengelolaan Program Sekolah yang Berdampak Pada Siswa dengan judul program "Spentris GETARKAN RAGA", sebuah program berbasis pelestarian tanaman dan juga memberikan keterampilan agrikultur bagi siswa. Apa dan bagaimana program ini berlangsung? dapat dilihat pada link berikut: 

https://drive.google.com/file/d/1qnf2rDMK-sdLGgJ1dBP607BlWMuLF2_C/view?usp=sharing

Share:

Tuesday, June 1, 2021

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.2.A.9

 


Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya Pembelajaran 

        Pada modul 3.2 Pendidikan Guru Penggerak, kita diajak untuk menyelami lebih dalam mengenai bagaimana peran pemimpin dalam pengelolaan sumber daya. Materi pada modul ini menekankan pada pentingnya kita sebagai guru penggerak dapat mengimplementasikan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola sumber daya atau aset yang dimiliki dengan pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) dan menganalisis 7 jenis aset yang dapat di optimalkan untuk mewujudkan program sekolah yang berkualitas dan tentunya berpusat pada siswa.

Rangkuman Materi.

A.   Sekolah Sebagai Ekosistem

Seperti yang kita telah ketahui Eksosistem merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Sebuah ekosistem mencirikan satu pola hubungan yang saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu.

JIka diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya adalah:

  • Murid
  • Kepala Sekolah
  • Guru
  • Staf/Tenaga Kependidikan
  • Pengawas Sekolah
  • Orang Tua
  • Masyarakat sekitar sekolah

Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah:

  • Keuangan
  • Sarana dan prasarana

 

B.   Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Thinking) dan Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based Thingking)

Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking)  akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja.  Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif.  Kita harus bisa mengatasi semua kekurangan atau yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih.  Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan curiga yang ternyata dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.

Pendekatan  berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri.  Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

·        Perbedaan antara pendekatan berbasis kekurangan dengan pendekatan berbasis aset dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Berbasis pada kekurangan/masalah/hambatan

Berbasis pada aset

Fokus pada masalah dan isu

Fokus pada aset dan kekuatan

Berkutat pada masalah utama

Membayangkan masa depan

Mengidentifikasi kebutuhan dan kekurangan – selalu bertanya apa yang kurang?

Berpikir tentang kesuksesan yang telah diraih dan kekuatan untuk mencapai kesuksesan tersebut.

Fokus mencari bantuan dari sponsor atau institusi lain

Mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya (aset dan kekuatan)

Merancang program atau proyek untuk menyelesaikan masalah

Merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan

Mengatur kelompok yang dapat melaksanakan proyek

Melaksanakan rencana aksi yang sudah diprogramkan

(Green & Haines, 2010)

Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) atau sering disebut Asset-Based Community Development (ABCD merupakan suatu kerangka kerja yang dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann, di mana keduanya adalah pendiri dari ABCD Institute di Northwestern University. ABCD dibangun dari kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh anggota komunitas, kekuatan perkumpulan lokal, dan dukungan positif dari lembaga lokal untuk menciptakan kehidupan komunitas yang berkelanjutan (Kretzman, 2010).  

Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) muncul sebagai kritik terhadap pendekatan konvensional atau tradisional yang menekankan pada masalah, kebutuhan, dan kekurangan yang ada pada suatu komunitas. Pendekatan tradisional tersebut menempatkan komunitas sebagai penerima bantuan, dengan demikian dapat menyebabkan anggota komunitas menjadi tidak berdaya, pasif, dan selalu merasa bergantung dengan pihak lain.

Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) menekankan pada nilai, prinsip dan cara berpikir mengenai dunia. Pendekatan ini memberikan nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas. Dengan demikian pendekatan ini melihat komunitas sebagai pencipta dari kesehatan dan kesejahteraan, bukan sebagai sekedar penerima bantuan. Pendekatan PKBA menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Kedua peran yang penting ini menurut Kretzman (2010) adalah jalan untuk menciptakan warga yang produktif.

            Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset  menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan.

Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset  berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas.  Selama ini komunitas sibuk pada strategi mencari pemecahan pada masalah yang sedang dihadapi. Pendekatan PKBA merupakan pendekatan yang digerakkan oleh seluruh pihak yang ada di dalam sebuah komunitas atau disebut sebagai community-driven development. Di dalam buku ‘Participant Manual of Mobilizing Assets for Community-driven Development’ (Cunningham, 2012) menuliskan perbedaannya dengan pendekatan yang dibantu oleh pihak luar.  Penjelasan yang ada sebetulnya ditujukan untuk pengembangan masyarakat, namun tetap bisa kita implementasikan pada lingkungan sekolah karena sebetulnya adalah miniatur sebuah tatanan masyarakat di suatu daerah.

  1. Perubahan masyarakat yang signifikan karena warga lokal dalam masyarakat tersebut yang mengupayakan perubahan. Apabila kita aplikasikan ke lingkungan sekolah dan seluruh warga sekolah berupaya melakukan perubahan maka perubahan tersebut pasti akan terjadi.
  2. Warga masyarakat akan bertanggung jawab pada yang sudah mereka mulai.  Dengan demikian setiap warga sekolah akan bertanggung jawab atas apa yang sudah dimulai.
  3. Membangun dan membina hubungan merupakan inti dari membangun masyarakat inklusif yang sehat.  Membangun dan membina hubungan antar warga sekolah, seperti hubungan guru-guru, guru – kepala sekolah, guru – murid – guru, guru – staf sekolah – guru, staf sekolah – murid – staf sekolah, ataupun kepala sekolah – murid – kepala sekolah menjadi sangat penting untuk membangun sekolah yang sehat dan inklusif.
  4. Masyarakat tidak pernah dibangun dengan berfokus terus pada kekurangan, kebutuhan dan masalah. Masyarakat merespons secara kreatif ketika fokus pembangunan pada sumber daya- sumber yang tersedia, kapasitas yang dimiliki, kekuatan dan aspirasi yang ada.  Sekolah harus dibangun dengan melihat pada kekuatan, potensi, dan tantangan, kita harus bisa fokus pada pembangunan sumber daya yang tersedia, kapasitas yang kita miliki, serta kekuatan dan aspirasi yang sudah ada.
  5. Kekuatan sekolah berbanding lurus dengan tingkat keberagaman keinginan unsur sekolah yang ada, dan pada tingkat kemampuan mereka untuk menyumbangkan kemampuan yang ada pada mereka dan aset yang ada untuk sekolah yang lebih baik. 
  6. Dalam setiap unsur sekolah, pasti ada sesuatu yang berhasil. Dari pada menanyakan “ada masalah apa?” dan “bagaimana memperbaikinya?”, lebih baik bertanya “apa yang telah berhasil dilakukan?” dan “bagaimana mengupayakan lebih banyak hasil lagi?” Cara bertanya ini mendorong energi dan kreativitas. 
  7. Menciptakan perubahan yang positif mulai dari sebuah perbincangan sederhana. Hal ini merupakan cara bagaimana manusia selalu berpikir bersama dan mencetuskan/memulai suatu tindakan. 
  8. Suasana yang menyenangkan harus merupakan salah satu prioritas tinggi dalam setiap upaya membangun sekolah. 
  9. Faktor utama dalam perubahan yang berkelanjutan adalah kepemimpinan lokal dan pengembangan dan pembaharuan kepemimpinan itu secara terus menerus. 
  10. Titik awal perubahan selalu pada perubahan pola pikir (mindset) dan sikap yang positif. 

C.   Aset – aset dalam sebuah komunitas

Dalam mengatasi tantangan pada pendekatan tradisional yang digunakan untuk mengatasi permasalahan perkotaan, di mana penyedia jasa dan lembaga donor lebih menekankan pada kebutuhan dan kekurangan yang terdapat pada komunitas, Kretzmann dan McKnight menunjukkan bahwa aset yang dimiliki oleh komunitas adalah kunci dari usaha perbaikan kehidupan pada komunitas perkotaan dan pedesaan.

Menurut Green dan Haines (2002) dalam Asset building and community development, ada 7 aset utama atau di dalam buku ini disebut sebagai modal utama, yaitu:

1.    Modal Manusia

  • Sumber daya manusia yang berkualitas, investasi pada sumber daya manusia menjadi sangat penting yang berhubungan dengan kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan harga diri seseorang.
  • Pemetaan modal atau aset individu merupakan kegiatan menginventaris pengetahuan, kecerdasan, dan keterampilan yang dimiliki setiap warganya dalam sebuah komunitas, atau dengan kata lain, inventarisasi perorangan dapat dikelompokkan berdasarkan sesuatu yang berhubungan dengan hati, tangan, dan kepala.
  • Pendekatan lain mengelompokkan aset atau modal ini dengan melihat kecakapan seseorang yang berhubungan dengan kemasyarakatan, contohnya kecakapan memimpin sekelompok orang, dan kecakapan seseorang berkomunikasi dengan berbagai kelompok.  Kecakapan yang berhubungan dengan kewirausahaan, contohnya kecakapan dalam mengelola usaha, pemasaran, yang negosiasi.  Kecakapan yang berhubungan dengan seni dan budaya, contohnya kerajinan tangan, menari, bermain teater, dan bermain musik.

 2.    Modal Sosial

  • Norma dan aturan yang mengikat warga masyarakat yang ada di dalamnya dan mengatur pola perilaku warga, juga unsur kepercayaan (trust) dan jaringan (networking) antara unsur yang ada di dalam komunitas/masyarakat.
  • Investasi yang berdampak pada bagaimana manusia, kelompok, dan organisasi dalam komunitas berdampingan, contohnya kepemimpinan, bekerjasama, saling percaya, dan punya rasa memiliki masa depan yang sama.
  • Contoh-contoh yang termasuk dalam modal sosial antara lain adalah asosiasi. Asosiasi adalah suatu kelompok yang ada di dalam komunitas masyarakat yang terdiri atas  dua orang atau lebih yang bekerja bersama dengan suatu tujuan yang sama dan saling berbagi untuk suatu tujuan yang sama. Asosiasi terdiri atas kegiatan yang bersifat formal maupun nonformal. Beberapa contoh tipe asosiasi adalah berdasarkan keyakinan, kesamaan profesi, kesamaan hobi, dan sebagainya. Terdapat beberapa macam bentuk modal sosial, yaitu fisik (lembaga), misalnya asosiasi dan institusi. Institusi adalah suatu lembaga yang mempunyai struktur organisasi yang jelas dan biasanya sebagai salah satu faktor utama dalam proses pengembangan komunitas masyarakat.

 3.    Modal Fisik

Terdiri atas dua kelompok utama, yaitu:

  • Bangunan yang bisa digunakan untuk kelas atau lokasi melakukan proses pembelajaran, laboratorium, pertemuan, ataupun pelatihan.
  • Infrastruktur atau sarana prasarana, mulai dari saluran pembuangan, sistem air, mesin, jalan, jalur komunikasi, sarana pendukung pembelajaran, alat transportasi, dan lain-lain.

 4.   Modal Lingkungan/alam

  • Bisa berupa potensi yang belum diolah dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dalam upaya pelestarian alam dan juga kenyamanan hidup.  Modal lingkungan terdiri dari bumi, udara yang bersih, laut, taman, danau, sungai, tumbuhan, hewan, dan sebagainya.
  • Tanah untuk berkebun, danau atau empang untuk berternak, semua hasil dari pohon seperti kayu, buah, bambu, atau material bangunan yang bisa digunakan kembali untuk menenun, dan sebagainya.

 5.    Modal Finansial

  • Dukungan keuangan yang dimiliki oleh sebuah komunitas yang dapat digunakan untuk membiayai proses pembangunan dan kegiatan sebuah komunitas.
  • Modal finansial termasuk tabungan, hutan, investasi, pengurangan dan pendapatan pajak, hibah, gaji, serta sumber pendapatan internal dan eksternal.
  • Modal finansial juga termasuk pengetahuan tentang bagaimana menanam dan menjual sayur di pasar, bagaimana menghasilkan uang dan membuat produk-produk yang bisa dijual, bagaimana menjalankan usaha kecil, bagaimana memperbaiki cara penjualan menjadi lebih baik, dan juga bagaimana melakukan pembukuan.

 6.    Modal Politik

  • Modal politik adalah ukuran keterlibatan sosial. Semua lapisan atau kelompok memiliki peluang atau kesempatan yang sama dalam kepemimpinan, serta memiliki suara dalam masalah umum yang terjadi dalam komunitas.
  • Lembaga pemerintah atau perwakilannya yang memiliki hubungan dengan komunitas, seperti komunitas sekolah, komite pelayan kesehatan, pelayanan listrik atau air.

 7.    Modal Agama dan budaya

  • Upaya pemberian bantuan empati dan perhatian, kasih sayang, dan unsur dari kebijakan praktis (dorongan utama pada kegiatan pelayanan). Termasuk juga kepercayaan, nilai, sejarah, makanan, warisan budaya, seni, dan lain-lain.
  • Kebudayaan yang unik di setiap daerah masing-masing merupakan serangkaian ide, gagasan, norma, perlakuan, serta benda yang merupakan hasil karya manusia yang hidup berkembang dalam sebuah ruang geografis.
  • Agama merupakan suatu sistem berperilaku yang mendasar, dan berfungsi untuk mengintegrasikan perilaku individu di dalam sebuah komunitas, baik perilaku lahiriah maupun simbolik.  Agama menuntut terbentuknya moral sosial yang bukan hanya kepercayaan, tetapi juga perilaku atau amalan.
  • Identifikasi dan pemetaan modal budaya agama merupakan langkah yang sangat penting untuk melihat keberadaan kegiatan dan ritual kebudayaan dan keagamaan dalam suatu komunitas, termasuk kelembagaan dan tokoh-tokoh penting yang berperan langsung atau tidak langsung di dalamnya.
  • Sangat penting kita mengetahui sejauh mana keberadaan ritual keagamaan dan kebudayaan yang ada di masyarakat serta pola relasi yang tercipta di antaranya dan selanjutnya bisa dimanfaatkan sebagai peluang untuk menunjang pengembangan perencanaan dan kegiatan bersama.

D.    Contoh Pengelolaan Sumber Daya

 

Dengan menerapkan pendekatan berbasis aset akan lebih meningkatkan efektifitas sebuah program karena akan lebih mudah dalam memaksimalkan segala potensi atau kekuatan yang dimiliki untuk dikembangkan dari pada fokus pada kekurangan yang dimiliki untuk dilengkapi atau disempurnakan. Sekolah harus mampu menganalisis 7 aset yang dimiliki kemudian menetapkan aset potensial yang bisa dikembangkan. Sebagai contoh jika sekolah memiliki aset potensial dibidang sumber daya manusia dimana SDM yang dimiliki sekolah memiliki karakter yang baik seperti bertanggung jawab, mempunyai semangat belajar yang tinggi, ditambah lagi guru dan warga sekolah yang kompeten dalam bidang akademis ditunjak dengan kompetensi yang baik dibidanng teknologi dan komunikasi. Selain itu jika ditunjang dengan aset sarana prasarana yang mendukung seperti akses internet, computer dan juga alat telekomunikasi yang memadai  Maka program yang dapat dilakukan adalah dengan pengintegrasian TIK dalam pembelajaran dan juga digitalisasi bahan ajar yang bisa diterapkan dalam pembelajaran. Kegiatan ini sangat bermanfaat dalam meningkatkan keterampilan TIK bagi guru maupun siswa dan juga mengoptiomalkan kompetensi dan literasi teknologi bagi seluruh warga sekolah dalam menyongsong abad 21 dan revolusi industry 4.0.

 

E.    Kaitan Materi Pengeloaan Sumber Daya Dengan Materi lainnya

 

·       Filosofi Pendidikan Kihajar Dewantara

Tujuan dari pengelolaan sumber daya dengan pendekatan berbasis aset adalah  untuk siswa kita. Sesuai dengan filosofi Pendidikan menurut Kihajar Dewantara bahwa Pendidikan seyogyanya “Menghamba pada anak” maksudnya disini adalah segala bentuk kegiatan atau Pendidikan yang dilaksanakan di sekolah semata-mata untuk memaksimalkan potensi si anak menuntun, mengayomi, mendampingi anak menuju student’s well-being” atau keselamatan kesejahteraan setinggi-tinggi.

 

·       Visi-Guru Penggerak

Dalam kaitannya dengan visi guru penggerak sebagai agen perubahan dan menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, meteri pengelolaan sumber daya ini adalah sebagai salah satu materi penting dan implementasi menganalisis aset yang dimiliki sekolah yang kemudian dapat dikembangkan dan diimplementasikan sebagai program yang berdampak pada siswa untuk mewujudkan program sekolah yang berkualitas

·       BAGJA

BAGJA merupakan akronim dari Buat pertanyaan; Ambil pelajaran;  Gali mimpi; Jabarkan rencana; dan A tur Eksekusi. Bagja merupakan materi yang penting dalam melaksanakan sebuah program. Sebuah pendekatan inquiry apresiatif berbasis kekuatan yang dimiliki. BAGJA adalah pendekatan sebagai antithesis terhadap cara berpikir yang umum dipakai dalam merencanakan sebuah program yaitu berpikir berbasis kelemahan (Weakness) pada pengelolaan program yang berdampak pada siswa, pendekatan BAGJA dapat dipakai dalam memaksimalkan potensi atau kekuatan yang dimiliki untuk dikembangkan lebih dalam setelah sebelumnya melaksanakan analisis terhadap 7 aset yang dimiliki oleh sekolah.

·       Kompetensi Sosial Emosional (KSE)

Materi KSE mengajarkan kita untuk dapat mengelola emosi dalam pengambilan sebuah keputusan. Dalam kaitan dengan menganalisis aset yang dimiliki Teknik KSE dapat diterapkan dengan melakukan Teknik STOP kesadaran diri sehingga dalam menganalisis aset dapat dilakukan dengan lebih focus dan mendapatkan hasil yang lebih baik.

Sumber: Modul Pendidikan Guru Penggerak

 

.     Rancangan Tindakan Program Sekolah Berdasarkan Aset Sekolah Menggunakan Pendekatan BAGJA







Share:

KONEKSI ANTAR MATERI- MODUL 3.3.A.9

 









A.            Hal-hal Menarik dalam Modul 3.3 Pengelolaan Program yang Berdampak Pada Siswa

Setelah mempelajari modul 3.3 ini banyak sekali hal-hal menarik yang didapat dan juga mencerahkan kita Bersama terkait bagaimana merencanakan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi dari sebuah program sekolah yang berdampak pada siswa. Hal tersebut antara lain:

1.     Dalam membuat program ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti tahapan membuat program mulai dari perencanaan hingga monitoring dan evaluasi. Tahapan ini memiliki arti penting demi keberlangsungan dan juga mengefektifkan jalannya sebuah program yang nantinya dapat bermuara kepada keberhasilan dan juga dampaknya kepada siswa.

2.     Dalam modul ini kita lebih ditekankan lagi dalam merencanakan program yang berbasis BAGJA dan juga menggunakan pentingnya tahapan MELR (Monitoring, Evaluasi, Learning, dan Reporting) dalam sebuah program. Dalam modul ini kita juga di ajarkan secara lebih dalam bagaimana proses MELR dan juga penerapannya dalam sebuah rancangan program dalam tahapan demonstrasi kontekstual dan Aksi Nyata sebuah program yang berdampak pada siswa.

3.     Dalam kaitannya dengan pelaksanaan sebuah program sering kali kita mengesampingkan aspek Manajemen resiko. Dalam modul ini juga ditekankan bagaimana manajemen resiko sangat perlu untuk di analisis demi memperkecil kemungkinan buruk yang akan di alami dalam pelaksanaan sebuah program

 

B.  Kaitan Materi Sumber Daya (Aset) dengan Pengelolaan Program Yang Berdampak Pada Siswa

Pada modul sebelumnya kita mempelajari bagaimana memetakan sumber daya atau Aset yang dimiliki oleh sekolah, kemudian menganalisisnya dan menentukan dari ke 7 aset tersebut, aset mana yang potensial dikembangkan di sekolah untuk mendukung terciptanya sekolah yang mengembangkan potensi yang ada. Pendekatan ini disebut juga dengan pendekatan ABCD (Asset Based Community Development). Hal ini tentu saja berkaitan erat dengan materi pada modul 3 pengelolaan program yang berdampak pada siswa. Pengelolaan sebuah program hendaknya lebih didasarkan pada aset atau potensi yang dimiliki oleh sekolah. Hal ini dapat dilakukan dengan  menganalisis aset yang dimiliki kemudian menentukan dari ke 7 aset yang ada ( Manusia, Sosial, Lingkungan, Fisik, Finansial, Politik, dan Sosial Budaya) aset mana yang potensial untuk dikembangkan serta dituangkan dalam sebuah program sekolah yang berdampak pada siswa dengan menerapkan pendekatan BAGJA, serta mengikuti tahapan MELR (Monitoring, Evaluating, Learning, Reporting.


C.    Kaitan Materi Pengelolan Program Yang Berdampak pada Siswa Dengan Materi lainnya

 

1.     Filosofi Pendidikan Kihajar Dewantara

Dalam Pempuatan program yang berdampak pada siswa, poin penting dalam sebuah program sekolah adalah bagaimana program tersebut memiliki muara atau hasil akhir dan dampak memang benar-benar untuk siswa kita. Sesuai dengan filosofi Pendidikan menurut Kihajar Dewantara bahwa Pendidikan seyogyanya “Menghamba pada anak” maksudnya disini adalah segala bentuk kegiatan atau Pendidikan yang dilaksanakan di sekolah semata-mata untuk memaksimalkan potensi si anak menuntun, mengayomi, mendampingi anak menuju student’s well-being” atau keselamatan kesejahteraan setinggi-tinggi.

2.     Visi-Guru Penggerak

Dalam kaitannya dengan visi guru penggerak sebagai agen perubahan dan menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, meteri pengelolaan program yang berdampak pada siswa adalah sebagai salah satu materi penting dan implementasi dalam merancang sebuah program baik itu program dalam skala sekolah maupun paling kecil pada kelas yang mereka ajar. 

3.     BAGJA

BAGJA merupakan akronim dari Buat pertanyaan; Ambil pelajaran;  Gali mimpi; Jabarkan rencana; dan A tur Eksekusi. Bagja merupakan materi yang penting dalam melaksanakan sebuah program. Sebuah pendekatan inquiry apresiatif berbasis kekuatan yang dimiliki. BAGJA adalah pendekatan sebagai antithesis terhadap cara berpikir yang umum dipakai dalam merencanakan sebuah program yaitu berpikir berbasis kelemahan (Weakness) pada pengelolaan program yang berdampak pada siswa, pendekatan BAGJA dapat dipakai dalam memaksimalkan potensi atau kekuatan yang dimiliki untuk dikembangkan lebih dalam.

4.     Pengelolaan Sumber Daya

Pada materi sumber daya, kita di ajarkan untuk menganalisis 7 aset yang ada dan mencoba memetakan dan menuangklan rancangan program dari aset potensial yang dimiliki sekolah. Dalam pengelolaan program kita di ajarkan untuk lebih baik lagi merancang sebuah program dengan pendekatan MELR dan ABCD (Asset Based Community Development)

D.    Sintesis Materi Pengelolaan Program yang Berdampak Pada Siswa


1.     MONITORING DAN EVALUASI (Monitoring and Evaluation)

Monitoring dan evaluasi adalah suatu aktivitas yang sangat penting untuk mendukung tercapainya suatu tujuan dari proyek atau program yang dilakukan. Kertsy Hobson, dkk (2013) dalam buku yang berjudul “A Step by Step Guide to Monitor and Evaluation”, Hobson dkk menjelaskan bahwa monitoring adalah proses menghimpun informasi dan analisis internal dari sebuah proyek atau program. Evaluasi adalah sebuah penilaian retrospektif secara periodik pada satu proyek atau program yang telah selesai. Biasanya kegiatan evaluasi melibatkan penilai luar yang independen.Dalam melakukan monitoring dan evaluasi, Kertsy Hobson menawaran dua belas prinsip dasar yang dapat digunakan sebagai pedoman:

·       Pertama, mengapa perlu melakukan monitoring dan evaluasi? Tahap awal sebelum             melakukan monitoring dan evaluasi adalah mengetahui alasan mengapa monitoring         evaluasi dibutuhkan. Banyak hal positif yang bisa diperoleh dari aktivitas monitoring dan evaluasi.

·  Kedua adalah menyetujui prinsip-prinsip yang menjadi pedoman. Prinsip-prinsip yang   menjadi pedoman dalam melakukan monitoring dan evaluasi adalah hal penting untuk   dimiliki.  Beberapa prinsip yang harus dipenuhi adalah bahwa monitoring dan evaluasi harus relevan, berguna, sesuai dengan waktu yang ditetapkan, dan kredibel.

·       Ketiga, menentukan program atau proyek yang perlu dimonitor. Penting untuk menentukan program atau kegiatan yang harus dimonitor berdasarkan pada tingkat prioritasnya. Dengan demikian, perlu dipikirkan program mana yang akan dinilai, untuk periode kapan, dan apakah program tersebut adalah aktivitas yang sedang berlangsung sehingga perlu dimonitoring, atau sebagai rangkaian aktivitas yang sudah selesai sehingga perlu dievaluasi.

·       Keempat adalah menentukan siapa saja yang terlibat dalam setiap tahapan monitoring dan evaluasi. Untuk memastikan M&E relevan untuk pihak pemangku kepentingan, perlu dipertimbangkan informasi yang butuhkan oleh pihak pemangku kepentingan. Untuk itu,  identifikasi siapa saja dari para pihak pemangku kepentingan yang menjadi bagian internal program dan eksternal program adalah hal yang perlu diperhatikan.

·       Kelima, adalah menentukan topik kunci dan pertanyaan untuk melakukan investigasi. Langkah selanjutnya adalah menentukan isu dan pertanyaan yang ingin diketahui jawabannya. Contoh pertanyaan internal yang dapat diajukan kepada kelompok adalah: seberapa baik anggota kelompok bisa bekerja sama dalam hubungannya dengan sumber daya manusia, kepemimpinan, biaya, dan manajemen? Seberapa baik anggota kelompok bisa bekerja dengan orang lain?

·       Keenam adalah mengklarifikasi sasaran, tujuan, aktivitas, dan langkah-langkah untuk berubah. Untuk dapat menilai kemajuan, perlu diketahui apa yang sedang diraih dan bagaimana cara meraihnya dengan kembali melihat apa yang menjadi tujuan, target, dan kegiatan yang sudah dilakukan. Beberapa konsep penting yang menjadi kunci dalam strategi dan desain program atau proyek adalah :

1.  Aim (dampak yang diinginkan), yaitu dampak akhir yang ingin diraih pada    kehidupan orang lain atau lingkungan sekitar. 

2.  Objective (tujuan; outcome yang diinginkan), yaitu perubahan-perubahan yang perlu dilakukan untuk mencapai dampak yang diinginkan)

3.   Output, yaitu hasil cepat yang diraih dari satu kegiatan yang dapat berkontribusi terhadap tujuan yang ingin dicapai (objective).

4.   Activities, yaitu kegiatan program atau kegiatan proyek yang sedang dilakukan sebagai proses memperoleh output yang diinginkan.

5.  Inputs, yaitu semua yang diperlukan selama melakukan kegiatan program atau proyek, seperti manusia, keuangan, organisasi, teknis, dan semua sumber daya sosial.

Strategi dan desain program untuk mencapai perubahan dapat dijelaskan dengan tahapan: input – kegiatan –output – outcome – dampak (impact)

·       Ketujuh adalah mengidentifikasi informasi yang perlu diketahui. Informasi yang diperlukan biasanya ditujukan untuk memantau atau menilai apa saja yang berubah, memahami mengapa bisa berubah, dan menginterpretasi perubahan. Informasi yang diinginkan dapat berupa data kuantitatif (menjawab pertanyaan, apa, berapa, dan kapan) atau data kualitatif (menjawab pertanyaan mengapa, bagaimana)

·       Kedelapan adalah memutuskan bagaimana informasi diperoleh. Biasanya data diperoleh melalui berbagai sumber internal dan eksternal. Pengumpulan metode Informasi yang digunakan untuk monitoring internal adalah rekam jejak internal kegiatan, menyimpan data sekunder yang relevan, workshop kelompok yang dilakukan secara periodik, diskusi, FGD, survei periodik, dan perlengkapan komunitas. Evaluasi dapat dilakukan oleh pihak eksternal. Biasanya evaluasi yang dilakukan oleh pihak luar berupa wawancara. Penilai eksternal dapat menggunakan data yang diperoleh melalui sistem monitoring internal.

·       Kesembilan, menilai kontribusi/pengaruh yang diberikan. Bagian penting dari M&E adalah menilai pengaruh atau kontribusi kegiatan terhadap dampak atau outcome yang dapat diobservasi. Untuk melihat pengaruh atau kontribusi yang dapat dirasakan, penilaian dapat dengan melakukan kontrol secara acak, atau melakukan penilaian retrospektif.

·       Kesepuluh adalah menganalisis dan menggunakan informasi. Tujuan utama dari monitoring adalah untuk mendukung pengambilan keputusan internal dan perencanaan sehingga dilakukan analisis secara periodik, menilai, dan menggunakan informasi tersebut. Tips dalam menganalisis dapat disesuaikan dengan sifat data, yaitu :

1. Jika data adalah informasi bersifat kualitatif : mengidentifikasi kategori, menginterpretasikan temuan, dan bersiap untuk hasil yang di luar perkiraan.

2. Jika data adalah informasi yang bersifat kuantitatif: menghitung total sampel, menghitung rata-rata dan persentase serta melakukan pengujian statistik.

·       Kesebelas adalah menjelaskan data. Data yang dijelaskan sangat bergantung pada tujuan. Data disampaikan kepada pihak pemangku kepentingan yang relevan dengan data yang akan dijelaskan. Dalam menjelaskan data, perlu ditentukan siapa yang menjadi pendengar atau hadirin, menjahitkan data agar bisa dipahami oleh pemangku kepentingan, memindahkan data menjadi grafik, dan menggambarkan hasil-hasil penting kepada pemangku kepentingan atau hadirin.

·       Kedua belas adalah tentang etika dan proteksi data. Dalam etika memproteksi data, semua peserta atau responden yang dilibatkan selama proses monitoring dan evaluasi wajib dijaga kerahasiaannya.

 

2.     PEMBELAJARAN (Learning)

Dr Roger Greenaway seoarang ahli di bidang pelatihan guru dan sebagai fasilitator merancang kerangka kerja pembelajaran (Learning) melalui empat tingkat model.

Keempat F adalah:

1.     Fact (Fakta ): Catatan objektif tentang apa yang terjadi

2.     Feeling (Perasaan): Reaksi emosional terhadap situasi

3.     Finding (Temuan): Pembelajaran konkret yang dapat diambil dari situasi tersebut

4.     Future (Masa Depan): Menyusun pembelajaran digunakan di masa depan

Model ini dapat digunakan untuk berpikir dan merefleksikan situasi dan dapat membantu menyusun refleksi tertulis. Model ini mudah diingat dan membahas aspek utama dari apa yang perlu dipertimbangkan ketika meninjau suatu pengalaman.

Fakta (Fact)

F pertama merupakan fakta yaitu memeriksa urutan peristiwa dan momen-momen penting untuk menarik dan melihat fakta fakta. Membuat laporan singkat yang meliputi (apa?, di mana? kapan?, mengapa? dan bagaimana?) 

o   Apakah sesuatu yang tidak terduga terjadi? Adakah kejutan?

o   Apakah sesuatu yang sangat dapat diprediksi terjadi?

o   Apa yang paling berkesan / berbeda / menarik?

o   Apa titik balik atau momen kritis?

o   Apa yang terjadi selanjutnya? Apa yang terjadi sebelumnya?

o   Apa yang paling memengaruhi sikap dan perilaku Anda?

o   Apa yang tidak terjadi yang Anda pikir / harapkan akan terjadi.

Perasaan (Feeling)

Menggambarkan perasaan dalam situasi yang dapat membimbing untuk sepenuhnya memahami situasi dan pembelajaran didasarkan pada pengalaman. Mengevaluasi dan menilai secara tidak sengaja dengan perasaan dengan menggunakan ‘merasa’ sebagai penilaian, misalnya ‘Saya merasa mereka salah’, atau feeling perasaan saya adalah itu pilihan yang baik ’, kemudian menulis ulang sebagai perasaan baru.Contoh pertanyaan sbb:

o   Apa saja perasaan yang dialami

o   Pada titik apa Anda merasa paling atau paling tidak terlibat?

o   Perasaan apa lagi yang ada dalam situasi tersebut?

o   Pada titik mana secara sadar dapat mengendalikan / mengekspresikan perasaan Anda

Temuan (Finding)

Menyelidiki dan menafsirkan situasi untuk menemukan makna dan membuat penilaian. Pertanyaan utama adalah 'bagaimana' dan 'mengapa'.

Contoh :

o   Mengapa hal tersebut tidak berhasil? 

o   Bagaimana hal tersebut bisa memengaruhi ?

o   Apakah ada peluang atau penyesalan yang terlewat?

Masa depan (Future)

Mengambil temuan dan mempertimbangkan bagaimana menerapkannya di masa depan.

o   Bagaimana bayangan terhadap masa depan?

o   Apa yang sudah berubah?

o   Pilihan apa yang sudah dimiliki?

o   Bagaimana temuan ini dapat berjalan dengan baik?

o   Rencana apa yang yang akan dilakukan untuk masa depan?

3.    Manajemen Risiko

Dalam dunia pendidikan kita mengenal istilah manajemen pendidikan yang dilakukan sekolah untuk mengembangkan mutu sekolah, manajemen risiko merupakan salah satu hal  wajib yang harus dilakukan dalam merencanakan program sekolah. Manajemen risiko haruslah menjadi satu kesatuan bagian yang tak terpisahkan dari pelaksanaan sistem manajemen di sekolah. Labombang (2011: 39) berpendapat bahwa walaupun suatu kegiatan telah direncanakan sebaik mungkin, namun tetap mengandung ketidakpastian bahwa nanti akan berjalan sepenuhnya sesuai rencana.

Dalam Prinsip Dasar Manajemen risiko (2019:3)  Manajemen risiko adalah metode yang tersusun secara logis dan sistematis dari suatu rangkaian kegiatan; penetapan konteks, identifikasi,analisa, evaluasi, pengendalian serta komunikasi risiko.

Risiko dalam sebuah program merupakan sebuah langkah awal yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi segala  sesuatu yang  kemungkinan besar dapat terjadi, termasuk juga dalam merencanakan dan melaksanakan program pendidikan. Oleh karena itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan  wajib melakukan  rangkaian analisis dan metodologi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengendalikan dan mengevaluasi risiko yang mungkin timbul dari pelaksanaan program sekolah.

Risiko tidak dapat dihindari tetapi dapat dikelola dan dikendalikan karena apabila  risiko tidak dikelola dengan baik maka akan mengakibatkan kerugian serta hambatan,  sehingga program sekolah yang telah direncanakan  tidak berjalan dengan baik  Begitu pula sebaliknya apabila  risiko dapat  dikelola dengan baik maka sekolah dapat meminimalisir  segala kerugian yang dapat menghambat jalannya program  sekolah yang telah direncanakan. 

Risiko merupakan sesuatu yang memiliki dampak terhadap pencapaian tujuan organisasi. beberapa tipe risiko di lembaga pendidikan, meliputi:

  1. Risiko Strategis,  merupakan risiko yang berpengaruh terhadap kemampuan organisasi mencapai tujuan
  2. Risiko Keuangan, merupakan risiko yang mungkin akan berakibat berkurangnya aset
  3. Risiko operasional, merupakan risiko yang berdampak pada kelangsungan proses manajemen
  4. Risiko pemenuhan, merupakan risiko yang berdampak pada kemampuan proses dan prosuderal internal untuk memenuhi hukum dan peraturan yang berlaku
  5. Risiko Reputasi, merupakan risiko yang berdampak pada reputasi dan merek lembaga. (Princewatercoper, 2003)

Pada akhirnya perubahan-perubahan yang dilakukan sekolah akan menimbulkan suatu risiko, namun tidak melakukan perubahan pun merupakan sebuah risiko oleh karena itu setiap sekolah harus mengidentifikasi risiko dan merencanakan pengelolaannya. Apabila semua sekolah dapat menerapkan manajemen risiko maka setiap kerugian akan dapat diminimalisir. Adapun tahapan manajemen risiko adalah sebagai berikut:

  1. identifikasi jenis risiko, 
  2. pengukuran risiko, 
  3. melakukan strategi dalam pengendalian risiko 
  4.  melakukan evaluasi terus-menerus, maju dan berkelanjutan

Sumber: Modul Pendidikan Guru Penggerak


Share:

Blogroll

Search This Blog

Powered by Blogger.

Blog Archive

Tags

About Me

My photo
a Junior High School English Teacher, books collector, a lovely father of his daughters and also Badminton Lover.

Labels

Blogger templates