Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya Pembelajaran
Pada modul 3.2 Pendidikan Guru Penggerak, kita diajak untuk
menyelami lebih dalam mengenai bagaimana peran pemimpin dalam pengelolaan
sumber daya. Materi pada modul ini menekankan pada pentingnya kita sebagai guru
penggerak dapat mengimplementasikan pengetahuan dan keterampilan dalam
mengelola sumber daya atau aset yang dimiliki dengan pendekatan berbasis aset
(Asset-Based Thinking) dan menganalisis 7 jenis aset yang dapat di optimalkan untuk
mewujudkan program sekolah yang berkualitas dan tentunya berpusat pada siswa.
Rangkuman Materi.
A.
Sekolah
Sebagai Ekosistem
Seperti yang kita telah ketahui Eksosistem
merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup
dalam sebuah lingkungan. Sebuah ekosistem mencirikan satu pola hubungan yang
saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu.
JIka diibaratkan sebagai sebuah ekosistem,
sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup)
dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu
sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis.
Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan
membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Faktor-faktor biotik yang ada
dalam ekosistem sekolah di antaranya adalah:
- Murid
- Kepala
Sekolah
- Guru
- Staf/Tenaga
Kependidikan
- Pengawas
Sekolah
- Orang
Tua
- Masyarakat
sekitar sekolah
Selain faktor-faktor biotik
yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam
menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah:
- Keuangan
- Sarana
dan prasarana
B.
Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Thinking)
dan Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based Thingking)
Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based
Thinking) akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu,
apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja. Segala sesuatunya akan
dilihat dengan cara pandang negatif. Kita harus bisa mengatasi semua
kekurangan atau yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin
diraih. Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang
terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan curiga yang ternyata dapat menjadikan
kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.
Pendekatan berbasis aset (Asset-Based
Thinking) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn
Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif
untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan
dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan
sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang
bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.
·
Perbedaan antara
pendekatan berbasis kekurangan dengan pendekatan berbasis aset dapat dilihat
dari tabel di bawah ini.
Berbasis pada
kekurangan/masalah/hambatan |
Berbasis pada aset |
Fokus pada masalah dan isu |
Fokus pada aset dan kekuatan |
Berkutat pada masalah utama |
Membayangkan masa depan |
Mengidentifikasi kebutuhan dan kekurangan –
selalu bertanya apa yang kurang? |
Berpikir tentang kesuksesan yang telah
diraih dan kekuatan untuk mencapai kesuksesan tersebut. |
Fokus mencari bantuan dari sponsor atau
institusi lain |
Mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya
(aset dan kekuatan) |
Merancang program atau proyek untuk
menyelesaikan masalah |
Merancang sebuah rencana berdasarkan visi
dan kekuatan |
Mengatur kelompok yang dapat melaksanakan
proyek |
Melaksanakan rencana aksi yang sudah
diprogramkan |
(Green & Haines,
2010)
Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) atau sering disebut Asset-Based
Community Development (ABCD merupakan suatu kerangka kerja yang
dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann, di mana keduanya adalah
pendiri dari ABCD Institute di Northwestern University. ABCD dibangun dari
kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh anggota
komunitas, kekuatan perkumpulan lokal, dan dukungan positif dari lembaga lokal
untuk menciptakan kehidupan komunitas yang berkelanjutan (Kretzman,
2010).
Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) muncul
sebagai kritik terhadap pendekatan konvensional atau tradisional yang
menekankan pada masalah, kebutuhan, dan kekurangan yang ada pada suatu
komunitas. Pendekatan tradisional tersebut menempatkan komunitas sebagai
penerima bantuan, dengan demikian dapat menyebabkan anggota komunitas menjadi
tidak berdaya, pasif, dan selalu merasa bergantung dengan pihak lain.
Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA)
menekankan pada nilai, prinsip dan cara berpikir mengenai dunia. Pendekatan ini
memberikan nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan
potensi yang dimiliki oleh komunitas. Dengan demikian pendekatan ini melihat
komunitas sebagai pencipta dari kesehatan dan kesejahteraan, bukan sebagai
sekedar penerima bantuan. Pendekatan PKBA menekankan dan mendorong komunitas
untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan
dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Kedua peran yang
penting ini menurut Kretzman (2010) adalah jalan untuk menciptakan warga yang
produktif.
Pendekatan Pengembangan Komunitas
Berbasis Aset menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk
dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan
potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang
diharapkan akan lebih berkelanjutan.
Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset berfokus
pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas. Selama
ini komunitas sibuk pada strategi mencari pemecahan pada masalah yang sedang
dihadapi. Pendekatan PKBA merupakan pendekatan yang digerakkan oleh seluruh
pihak yang ada di dalam sebuah komunitas atau disebut sebagai community-driven
development. Di dalam buku ‘Participant Manual of Mobilizing Assets for
Community-driven Development’ (Cunningham, 2012) menuliskan perbedaannya
dengan pendekatan yang dibantu oleh pihak luar. Penjelasan yang ada
sebetulnya ditujukan untuk pengembangan masyarakat, namun tetap bisa kita
implementasikan pada lingkungan sekolah karena sebetulnya adalah miniatur
sebuah tatanan masyarakat di suatu daerah.
- Perubahan
masyarakat yang signifikan karena warga lokal dalam masyarakat tersebut
yang mengupayakan perubahan. Apabila kita aplikasikan ke lingkungan
sekolah dan seluruh warga sekolah berupaya melakukan perubahan maka
perubahan tersebut pasti akan terjadi.
- Warga
masyarakat akan bertanggung jawab pada yang sudah mereka
mulai. Dengan demikian setiap warga sekolah akan bertanggung
jawab atas apa yang sudah dimulai.
- Membangun
dan membina hubungan merupakan inti dari membangun masyarakat inklusif
yang sehat. Membangun dan membina hubungan antar warga sekolah,
seperti hubungan guru-guru, guru – kepala sekolah, guru – murid – guru,
guru – staf sekolah – guru, staf sekolah – murid – staf sekolah, ataupun
kepala sekolah – murid – kepala sekolah menjadi sangat penting untuk
membangun sekolah yang sehat dan inklusif.
- Masyarakat
tidak pernah dibangun dengan berfokus terus pada kekurangan, kebutuhan dan
masalah. Masyarakat merespons secara kreatif ketika fokus pembangunan pada
sumber daya- sumber yang tersedia, kapasitas yang dimiliki, kekuatan dan
aspirasi yang ada. Sekolah harus dibangun dengan melihat pada
kekuatan, potensi, dan tantangan, kita harus bisa fokus pada pembangunan
sumber daya yang tersedia, kapasitas yang kita miliki, serta kekuatan dan
aspirasi yang sudah ada.
- Kekuatan
sekolah berbanding lurus dengan tingkat keberagaman keinginan unsur
sekolah yang ada, dan pada tingkat kemampuan mereka untuk menyumbangkan
kemampuan yang ada pada mereka dan aset yang ada untuk sekolah yang lebih
baik.
- Dalam
setiap unsur sekolah, pasti ada sesuatu yang berhasil. Dari pada
menanyakan “ada masalah apa?” dan “bagaimana memperbaikinya?”, lebih baik
bertanya “apa yang telah berhasil dilakukan?” dan “bagaimana mengupayakan
lebih banyak hasil lagi?” Cara bertanya ini mendorong energi dan
kreativitas.
- Menciptakan
perubahan yang positif mulai dari sebuah perbincangan sederhana. Hal ini
merupakan cara bagaimana manusia selalu berpikir bersama dan mencetuskan/memulai
suatu tindakan.
- Suasana
yang menyenangkan harus merupakan salah satu prioritas tinggi dalam setiap
upaya membangun sekolah.
- Faktor
utama dalam perubahan yang berkelanjutan adalah kepemimpinan lokal dan
pengembangan dan pembaharuan kepemimpinan itu secara terus menerus.
- Titik
awal perubahan selalu pada perubahan pola pikir (mindset) dan sikap
yang positif.
C.
Aset
– aset dalam sebuah komunitas
Dalam mengatasi tantangan pada pendekatan
tradisional yang digunakan untuk mengatasi permasalahan perkotaan, di mana
penyedia jasa dan lembaga donor lebih menekankan pada kebutuhan dan kekurangan
yang terdapat pada komunitas, Kretzmann dan McKnight menunjukkan bahwa aset
yang dimiliki oleh komunitas adalah kunci dari usaha perbaikan kehidupan pada
komunitas perkotaan dan pedesaan.
Menurut Green dan Haines (2002) dalam Asset building and
community development, ada 7 aset utama atau di dalam buku ini disebut
sebagai modal utama, yaitu:
1. Modal
Manusia
- Sumber
daya manusia yang berkualitas, investasi pada sumber daya manusia menjadi
sangat penting yang berhubungan dengan kesehatan, pendidikan,
kesejahteraan, dan harga diri seseorang.
- Pemetaan
modal atau aset individu merupakan kegiatan menginventaris pengetahuan,
kecerdasan, dan keterampilan yang dimiliki setiap warganya dalam sebuah
komunitas, atau dengan kata lain, inventarisasi perorangan dapat
dikelompokkan berdasarkan sesuatu yang berhubungan dengan hati, tangan,
dan kepala.
- Pendekatan
lain mengelompokkan aset atau modal ini dengan melihat kecakapan seseorang
yang berhubungan dengan kemasyarakatan, contohnya kecakapan memimpin
sekelompok orang, dan kecakapan seseorang berkomunikasi dengan berbagai
kelompok. Kecakapan yang berhubungan dengan kewirausahaan, contohnya
kecakapan dalam mengelola usaha, pemasaran, yang negosiasi.
Kecakapan yang berhubungan dengan seni dan budaya, contohnya kerajinan
tangan, menari, bermain teater, dan bermain musik.
2. Modal
Sosial
- Norma
dan aturan yang mengikat warga masyarakat yang ada di dalamnya dan
mengatur pola perilaku warga, juga unsur kepercayaan (trust) dan
jaringan (networking) antara unsur yang ada di dalam
komunitas/masyarakat.
- Investasi
yang berdampak pada bagaimana manusia, kelompok, dan organisasi dalam
komunitas berdampingan, contohnya kepemimpinan, bekerjasama, saling
percaya, dan punya rasa memiliki masa depan yang sama.
- Contoh-contoh
yang termasuk dalam modal sosial antara lain adalah asosiasi. Asosiasi
adalah suatu kelompok yang ada di dalam komunitas masyarakat yang terdiri
atas dua orang atau lebih yang bekerja bersama dengan suatu tujuan
yang sama dan saling berbagi untuk suatu tujuan yang sama. Asosiasi
terdiri atas kegiatan yang bersifat formal maupun nonformal. Beberapa
contoh tipe asosiasi adalah berdasarkan keyakinan, kesamaan profesi,
kesamaan hobi, dan sebagainya. Terdapat beberapa macam bentuk modal
sosial, yaitu fisik (lembaga), misalnya asosiasi dan institusi. Institusi
adalah suatu lembaga yang mempunyai struktur organisasi yang jelas dan
biasanya sebagai salah satu faktor utama dalam proses pengembangan
komunitas masyarakat.
3. Modal
Fisik
Terdiri
atas dua kelompok utama, yaitu:
- Bangunan
yang bisa digunakan untuk kelas atau lokasi melakukan proses pembelajaran,
laboratorium, pertemuan, ataupun pelatihan.
- Infrastruktur
atau sarana prasarana, mulai dari saluran pembuangan, sistem air, mesin,
jalan, jalur komunikasi, sarana pendukung pembelajaran, alat transportasi,
dan lain-lain.
4. Modal Lingkungan/alam
- Bisa
berupa potensi yang belum diolah dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi
dalam upaya pelestarian alam dan juga kenyamanan hidup. Modal
lingkungan terdiri dari bumi, udara yang bersih, laut, taman, danau,
sungai, tumbuhan, hewan, dan sebagainya.
- Tanah
untuk berkebun, danau atau empang untuk berternak, semua hasil dari pohon seperti
kayu, buah, bambu, atau material bangunan yang bisa digunakan kembali
untuk menenun, dan sebagainya.
5. Modal Finansial
- Dukungan
keuangan yang dimiliki oleh sebuah komunitas yang dapat digunakan untuk
membiayai proses pembangunan dan kegiatan sebuah komunitas.
- Modal
finansial termasuk tabungan, hutan, investasi, pengurangan dan pendapatan
pajak, hibah, gaji, serta sumber pendapatan internal dan eksternal.
- Modal
finansial juga termasuk pengetahuan tentang bagaimana menanam dan menjual
sayur di pasar, bagaimana menghasilkan uang dan membuat produk-produk yang
bisa dijual, bagaimana menjalankan usaha kecil, bagaimana memperbaiki cara
penjualan menjadi lebih baik, dan juga bagaimana melakukan pembukuan.
6. Modal
Politik
- Modal
politik adalah ukuran keterlibatan sosial. Semua lapisan atau kelompok
memiliki peluang atau kesempatan yang sama dalam kepemimpinan, serta
memiliki suara dalam masalah umum yang terjadi dalam komunitas.
- Lembaga
pemerintah atau perwakilannya yang memiliki hubungan dengan komunitas,
seperti komunitas sekolah, komite pelayan kesehatan, pelayanan listrik
atau air.
7. Modal
Agama dan budaya
- Upaya
pemberian bantuan empati dan perhatian, kasih sayang, dan unsur dari
kebijakan praktis (dorongan utama pada kegiatan pelayanan). Termasuk juga
kepercayaan, nilai, sejarah, makanan, warisan budaya, seni, dan lain-lain.
- Kebudayaan
yang unik di setiap daerah masing-masing merupakan serangkaian ide,
gagasan, norma, perlakuan, serta benda yang merupakan hasil karya manusia
yang hidup berkembang dalam sebuah ruang geografis.
- Agama
merupakan suatu sistem berperilaku yang mendasar, dan berfungsi untuk
mengintegrasikan perilaku individu di dalam sebuah komunitas, baik
perilaku lahiriah maupun simbolik. Agama menuntut terbentuknya moral
sosial yang bukan hanya kepercayaan, tetapi juga perilaku atau amalan.
- Identifikasi
dan pemetaan modal budaya agama merupakan langkah yang sangat penting
untuk melihat keberadaan kegiatan dan ritual kebudayaan dan keagamaan
dalam suatu komunitas, termasuk kelembagaan dan tokoh-tokoh penting yang
berperan langsung atau tidak langsung di dalamnya.
- Sangat
penting kita mengetahui sejauh mana keberadaan ritual keagamaan dan
kebudayaan yang ada di masyarakat serta pola relasi yang tercipta di
antaranya dan selanjutnya bisa dimanfaatkan sebagai peluang untuk
menunjang pengembangan perencanaan dan kegiatan bersama.
D.
Contoh
Pengelolaan Sumber Daya
Dengan menerapkan
pendekatan berbasis aset akan lebih meningkatkan efektifitas sebuah program
karena akan lebih mudah dalam memaksimalkan segala potensi atau kekuatan yang
dimiliki untuk dikembangkan dari pada fokus pada kekurangan yang dimiliki untuk
dilengkapi atau disempurnakan. Sekolah harus mampu menganalisis 7 aset yang
dimiliki kemudian menetapkan aset potensial yang bisa dikembangkan. Sebagai contoh
jika sekolah memiliki aset potensial dibidang sumber daya manusia dimana SDM
yang dimiliki sekolah memiliki karakter yang baik seperti bertanggung jawab,
mempunyai semangat belajar yang tinggi, ditambah lagi guru dan warga sekolah
yang kompeten dalam bidang akademis ditunjak dengan kompetensi yang baik
dibidanng teknologi dan komunikasi. Selain itu jika ditunjang dengan aset
sarana prasarana yang mendukung seperti akses internet, computer dan juga alat
telekomunikasi yang memadai Maka program
yang dapat dilakukan adalah dengan pengintegrasian TIK dalam pembelajaran dan
juga digitalisasi bahan ajar yang bisa diterapkan dalam pembelajaran. Kegiatan ini
sangat bermanfaat dalam meningkatkan keterampilan TIK bagi guru maupun siswa
dan juga mengoptiomalkan kompetensi dan literasi teknologi bagi seluruh warga
sekolah dalam menyongsong abad 21 dan revolusi industry 4.0.
E.
Kaitan
Materi Pengeloaan Sumber Daya Dengan Materi lainnya
·
Filosofi Pendidikan Kihajar
Dewantara
Tujuan dari
pengelolaan sumber daya dengan pendekatan berbasis aset adalah untuk siswa kita. Sesuai dengan filosofi
Pendidikan menurut Kihajar Dewantara bahwa Pendidikan seyogyanya “Menghamba
pada anak” maksudnya disini adalah segala bentuk kegiatan atau Pendidikan yang
dilaksanakan di sekolah semata-mata untuk memaksimalkan potensi si anak
menuntun, mengayomi, mendampingi anak menuju student’s well-being” atau
keselamatan kesejahteraan setinggi-tinggi.
·
Visi-Guru Penggerak
Dalam kaitannya dengan visi guru penggerak sebagai agen perubahan dan menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, meteri pengelolaan sumber daya ini adalah sebagai salah satu materi penting dan implementasi menganalisis aset yang dimiliki sekolah yang kemudian dapat dikembangkan dan diimplementasikan sebagai program yang berdampak pada siswa untuk mewujudkan program sekolah yang berkualitas
·
BAGJA
BAGJA merupakan
akronim dari Buat pertanyaan; Ambil
pelajaran; Gali mimpi; Jabarkan rencana;
dan A tur Eksekusi. Bagja merupakan materi yang penting dalam
melaksanakan sebuah program. Sebuah pendekatan inquiry apresiatif berbasis
kekuatan yang dimiliki. BAGJA adalah pendekatan sebagai antithesis terhadap
cara berpikir yang umum dipakai dalam merencanakan sebuah program yaitu
berpikir berbasis kelemahan (Weakness) pada pengelolaan program yang berdampak
pada siswa, pendekatan BAGJA dapat dipakai dalam memaksimalkan potensi atau
kekuatan yang dimiliki untuk dikembangkan lebih dalam setelah sebelumnya
melaksanakan analisis terhadap 7 aset yang dimiliki oleh sekolah.
·
Kompetensi Sosial Emosional (KSE)
Materi KSE mengajarkan
kita untuk dapat mengelola emosi dalam pengambilan sebuah keputusan. Dalam kaitan
dengan menganalisis aset yang dimiliki Teknik KSE dapat diterapkan dengan
melakukan Teknik STOP kesadaran diri sehingga dalam menganalisis aset dapat
dilakukan dengan lebih focus dan mendapatkan hasil yang lebih baik.
Sumber:
Modul Pendidikan Guru Penggerak
. Rancangan Tindakan Program Sekolah Berdasarkan Aset Sekolah Menggunakan Pendekatan BAGJA
0 comments:
Post a Comment